Jakarta - Pondok Pesantren Langitan berdiri di Tuban,
Jawa Timur pada tahun 1852. Awalnya, pesantren ini hanya berupa surau
kecil yang didirikan oleh KH Muhammad Nur.
KH Muhammad Nur saat itu mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga serta tetangga dekatnya untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir penjajah dari tanah Jawa.
KH Muhammad Nur saat itu mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga serta tetangga dekatnya untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir penjajah dari tanah Jawa.
Surau kecil itu pun tak hanya menjadi tempat mengaji dan
menuntut ilmu Islam, akan tetapi juga menjelma menjadi markas para
pejuang rakyat Tuban mengusir penjajah.
Nama Langitan merupakan
perubahan dari kata Plangitan, kombinasi dari kata plang, yang dalam
Bahasa Jawa berarti papan nama dan wetan yang berarti timur. Memang di
sekitar daerah Widang dahulu, saat Pondok Pesantren Langitan ini
didirikan terdapat dua buah plang yang masing-masing terletak di timur
dan barat.
Kemudian di dekat plang sebelah wetan dibangunlah
sebuah lembaga pendidikan ini, yang kelak karena kebiasaan para
pengunjung menjadikan plang wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang
mendata dan mengunjungi pondok pesantren. Maka secara kebiasaan,
pesantren ini diberi nama Plangitan dan selanjutnya populer menjadi
Langitan.
Kebenaran kata Plangitan tersebut dikuatkan oleh
sebuah cap bertuliskan kata Plangitan dalam huruf Arab dan berbahasa
Melayu yang tertera dalam kitab “Fathul Mu’in” yang selesai ditulis
tangan oleh KH. Ahmad Sholeh, pada hari Selasa 29 Robiul Akhir 1297
Hijriyah.
Muhammad Nur memimpin pesantren ini hingga 18 tahun ke
depan dan selanjutnya diteruskan secara turun-temurun oleh keluarganya.
Bertahan selama sekitar satu setengah abad, surau kecil itu berkembang
menjadi pesantren yang populer di seantero Nusantara hingga manca
negara.
Pesantren ini menempati lahan seluas 7 hektar di Dusun
Mandungan Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur atau
terletak di samping Sungai Bengawan Solo.
Ribuan santri di
pesantren ini kini menempati 25 asrama yang terdiri dari 10 asrama
santri putra dan 15 asrama putri. Tak hanya dari daerah-daerah di
seluruh Indonesia, terdapat juga santri yang berasal dari manca negara.
Sejumlah
tokoh-tokoh ulama besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan
dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan. Di antaranya KH Kholil
Bangkalan, KH Hasyim Asyary, dan KH Syamsul Arifin (ayahanda KH Asad
Syamsul Arifin).
Saat ini, Pesantren Langitan telah termasuk salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
sumber: detik.com , langitan.net
0 Komentar:
Posting Komentar